Banyak pelajaran yang telah diberikan oleh orang bijak di negeri ini terutama para leluhur tanah Jawa. Sejumlah filsafat Jawa seperti pedoman atau semboyan hidup jika diresapi dengan seksama, sungguh luar biasa makna yang terkandung di dalamnya.
Filosofi Jawa yang begitu luhur tersebut jika kita pedomi dalam kehidupan ini dan kita aktualisasikan dalam keseharian Insya’ Allah akan menjadikan hidup lebih bermakna, hidup lebih terarah sehingga kesuksesan labih dekat dengan kita yang pada akhirnya kita semua mudah meraihnya.
Sejumlah filsafat Jawa tersebut diantaranya sebagai berikut.
Urip Iku Urup, Artinya hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat.
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, Artinya jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah kolokan atau manja.
Aja Adigang, Adigung, Adiguna, Artinya jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.
Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, Artinya berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan
Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli, Artinya bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih, Cepat tanpa harus mendahului, Tinggi tanpa harus melebihi.
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, Artinya janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan,kebendaan dan kepuasan duniawi.
Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas, Artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah,Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.
Aja Melik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, Artinya jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, Artinya jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
Sing Resik Uripe Bakal Mulya, Artinya siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya.
Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah, Artinya yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah.
Sing Prihatin Bakal Memimpin, Artinya siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, Artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka,dan serakah.
Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti, Artinya keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.
Mikul dhuwur, mendem jero, Artinya mengangkat tinggi-tinggi, menanam sedalam mungkin, menghormati pemimpin atau keluarga dengan mengenang jasanya dan menutupi keburukannya. Jadi orang Jawa dengan mikul dhuwur mendem jero-nya berusaha menanamkan nilai betapa pentingnya menjaga nama baik keluarga, kelompok, atau pun bangsanya.
Seandainya semua generasi muda sekarang mau memahami dari beberapa falsafah filosofi jawa tersebut, pastilah tidak aka nada istilah Wong Jawa lali jawane.
[ Read More ]
Filosofi Jawa yang begitu luhur tersebut jika kita pedomi dalam kehidupan ini dan kita aktualisasikan dalam keseharian Insya’ Allah akan menjadikan hidup lebih bermakna, hidup lebih terarah sehingga kesuksesan labih dekat dengan kita yang pada akhirnya kita semua mudah meraihnya.
Sejumlah filsafat Jawa tersebut diantaranya sebagai berikut.
Urip Iku Urup, Artinya hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat.
Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman, Artinya jangan mudah terheran-heran, Jangan mudah menyesal, Jangan mudah terkejut-kejut, Jangan mudah kolokan atau manja.
Aja Adigang, Adigung, Adiguna, Artinya jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti.
Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha, Artinya berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan, kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan
Sepi ing Pamrih Rame ing Gawe, Banter tan Mbancangi, Dhuwur tan Ngungkuli, Artinya bekerja keras dan bersemangat tanpa pamrih, Cepat tanpa harus mendahului, Tinggi tanpa harus melebihi.
Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman, Artinya janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan,kebendaan dan kepuasan duniawi.
Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka, Sing Was-was Tiwas, Artinya jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah,Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka; dan Barang siapa yang ragu-ragu akan binasa atau merugi.
Aja Melik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo, Artinya jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat.
Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan, Artinya jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri, Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
Sing Resik Uripe Bakal Mulya, Artinya siapa yang bersih hidupnya akan hidup mulya.
Sing Sabar lan Ngalah Dadi kekasih Allah, Artinya yang sabar dan mengalah akan jadi kekasih Allah.
Sing Prihatin Bakal Memimpin, Artinya siapa berani hidup prihatin akan menjadi satria, pejuang dan pemimpin.
Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara, Artinya manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka,dan serakah.
Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti, Artinya keberanian, kekuatan dan kekuasaan dapat ditundukkan oleh salam sejahtera.
Mikul dhuwur, mendem jero, Artinya mengangkat tinggi-tinggi, menanam sedalam mungkin, menghormati pemimpin atau keluarga dengan mengenang jasanya dan menutupi keburukannya. Jadi orang Jawa dengan mikul dhuwur mendem jero-nya berusaha menanamkan nilai betapa pentingnya menjaga nama baik keluarga, kelompok, atau pun bangsanya.
Seandainya semua generasi muda sekarang mau memahami dari beberapa falsafah filosofi jawa tersebut, pastilah tidak aka nada istilah Wong Jawa lali jawane.